Mengenal Makna Hari Raya Galungan dan Kuningan. via wonderfulbali.com |
RAKYATINA.COM | RELIGI: Hari Raya Galungan dalam kacamata umat Hindu Bali mendeskripsikan sebagai hari terciptanya alam semesta jagad raya beserta seluruh isinya. Yang mana isi dari Galungan itu sendiri tiada lain adalah menyambut sebuah kemenangan kebaikan (dharma) serta melawan kejahatan (adharma). Dan sebagai bentuk ucapan rasa syukur terhadap pemberian-Nya, umat Hindu memberikan serta melakukan sebuah persembahan yang dipersembahkan untuk Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara (dengan segala manifestasinya).
Bentuk datangnya Hari Raya Galungan ini juga biasanya di identikkan dengan banyaknya Penjor (Penjor adalah sebuah bambu yang dihiasi dengan sedemikian rupa dan disesuaikan dengan tradisi masyarakat di sana) yang terpasang di depan rumah warga di Bali. Penjor melambangkan sebuah aturan yang menghadapkan kehadapan Bhatara Mahadewa.
Hari Raya Galungan itu sendiri tercipta pada hari Purnama Kapat seperti yang tertera dalam Lontar Purana Bali Dwipa: “Punang aci Galungan ika ngawit, Bu, Ka, Dungulan sasih kacatur, tanggal 15, isaka 804. Bangun indria Buwana ikang Bali rajya.” Artinya: “Perayaan (upacara) Hari Raya Galungan itu pertama-tama adalah pada hari Rabu Kliwon, (Wuku) Dungulan sasih kapat tanggal 15, tahun 804 Saka. Keadaan Pulau Bali bagaikan Indra Loka.”
Ada Hari Raya Galungan ada pula Hari Raya Kuningan, yang mana keduanya itu dirayakan 2 kali dalam setahun dalam perhitungan kalender masehi. Sementara itu, di dalam perayaan Hari Galungan dan Kuningan ini memiliki jarak antara 10 hari berdasarkan perhitungan dari kalender Bali. Dan, Hari Raya Galungan dirayakan setiap hari Rabu pada wuku Dungulan. Sementara Kuningan dilaksanakan setiap hari Sabtu pada wuku Kuningan.
Dan inilah makna yang terdapat dari Hari Raya Galungan dan Hari Raya Kuningan.
Isi dari Hari Raya Galungan itu sendiri dimaksudkan agar umat Hindu mampu untuk membedakan antara dorongan hidup yang bersifat adharma (kejahatan) dan budhi atma (dharma = kebenaran) yang ada di dalam diri manusia itu sendiri. Kebahagiaan bisa saja diraih tatkala manusia itu sendiri memiliki kemampuan untuk menguasai suatu kebenaran yang terkandung di dalam diri manusia. Nama Galungan atau dungulan yang berarti bertarung yang memiliki arti 'menang' menurut bahasa Jawa kuna, itu juga bisa diartikan dalam menyatukan kekuatan rohani agar mendapat pikiran dan pendirian yang terang.
Hari Raya Kuningan atau biasa juga disebut Penampahan Kuningan ini dirayakan pada hari Sabtu Kliwon pada pagi hari saat perayaannya, dan sangat tidak dianjurkan perayaan hari Kuningan dirayakan pada siang hari atau lewat tengah hari, karena menurut Lontar Sundarigama jika dilaksanakan pada tengah hari maka para Dewata dan Dewa Pitara “diceritakan” kembali ke Swarga (Dewa mur mwah maring Swarga). (Sumber: oleholehkhasbali.com)
(Ryt/ab)
No comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.